++
Malam ini aku memimpikan wanita gotik itu, dia tersenyum dihadapanku, matanya menatap tajam dengan
lensa ungu yang manis.
Huft.. Ada apa ini?
Ketika siang tiba. Tanpa kusangka, gadis aneh bersepatu kotor itu kembali
lewat di depan jendelaku.
Aku ingin melihat matanya yang ungu, apakah seperti di mimpiku?
Tak akan kulewatkan kesempatan ini. Aku mengejarnya setengah berlari.
"hey kamu"
Aku memanggilnya, dan langsung berdiri di depannya ketika langkahnya
melambat.
Wanita aneh itu, masih menunduk, dia hanya melihat sepatuku. Rambut
hitamnnya tetap menutupi wajah.
"Hai, perkenalkan saya gerry" sambil menjulurkan tangan
"boleh saya tau nama kamu?"
"aku Ranti" perlahan wanita itu mengangkat wajahnya. Dia
menatapku. Tapi tangannya tidak menyambut tanganku.
"tidak mau salaman?"
Wanita itu menggeleng.
Untuk pertama kalinya aku menatap wajah wanita itu, tapi aku tidak melihat warna ungu di matanya.
Hanya warna hitam kecoklatan. Dan itu sama indahnya seperti yang ada di
mimpiku.
"apakah kita bisa berteman?"
"tentu saja"
"baiklah, itu saja!"
"ya" Wanita itu pergi tanpa aku sempat meminta nomor telfon
atau alamatnya.
Haha, bagaimana bisa berteman jika satu-satunya informasi yang kutau
hanyalah nama wanita itu adalah Ranti. Aku bahkan tak tau alamat Tempat
tinggalnya.
'yasudahlah, mungkin besok dia lewat sini lagi' pikirku.
**
'Gerry?' Haha
Kenapa dia ingin menjadi temanku?
Apa aku terlihat cocok dijadikan teman?
++
Seminggu sudah sejak terakhir Ranti lewat di depan jendelaku. Tapi sejak
itu aku tidak melihatnya lagi.
Sebenarnya siapa wanita itu?
Kenapa dandannya yang gothik membuatku ingin mengenalnya?
Sebegitu misterius kah dia
Entah kenapa Benakku selalu mengatakan, jika Ranti adalah wanita yang
berbeda. Yang harus kukenali. Sepertinya dia butuh bantuanku. Tapi
entah-apa-itu!
_
Jumat pagi ini aku dikagetkan oleh kepulan asap dari luar rumah, ketika
aku keluar ingin membeli kopi dan gula.
Tak jauh dari kedai kecil, muncul Asap pekat yang seketika membuat nafasku
sesak. Selain itu gumpalan putih yang semakin membubul membuat mataku perih.
Aku menutup wajahku reflek, dan samar- ramai terdengar suara
"rumah okta,
kebakaran..telfon pemadam.."tolong api,, larii.. "itu bawa keluar
keretanya.. Keluar dari pintu sini..knop..cari kunci''Cari sumber air,,
merembet,, tolong.."
Suara itu bersahutan ramai. Dan beberarapa suara wanita berteriak
mericuhkan cuaca pagi yang berhawa sedikit panas. Akupun sedikit gelagapan,
karna takut apinya merembet kerumah-rumah yang lain. Termasuk rumah tempat tinggalku.
Sambil melongok keluar pintu, pak jajak si penjaga kedai kecil, Seketika
ikutan kaget. Ternyata kebakaran itu baru saja terjadi.
Mungkin beberapa menit sebelum kedatanganku.
Aku coba menghindari asap yang perlahan tertiup ke langit.
Dengan pandangan buram, kulihat rumahnya okta terbakar setengah bagian.
Api yang besar itu, menyala merah. Aku seperti menonton sebuah film action yang
ada adegan sehabis pengeboman rumah. Dan orang-orang berlarian kemana-mana.
Tapi, itu api yang nyata. Bukan
Shuting film atau apalah.
Hatiku bergetar, entah karna takut atau karna bingung. 'mungkin inilah
yang terjadi ketika Tuhan sudah
berkehendak, harta sebanyak apapun bisa lenyap dalam hitungan detik' batinku.
Semua warga berlarian membawa air, dan tak mau berdiam diri, aku ikut
mencari sumber air. Mengangkatnya walau seember kecil. Berharap sang jago merah
mau bermurah hati untuk meredakan kobarannya.
Tapi api semakin menjalar, suasana
semakin diperparah dengan banyaknya
orang yang datang, hanya untuk menonton kebakaran itu. Bukannya membantu
memadamkan api.
Mungkin karna lokasinya yang sulit, Mobil pemadam kebakaran datang lama sekali. Sudah setengah
jam, mobil pemadam itu baru datang.
Sebuah lataran rumah yang mengapit rumah okta, sudah ikut terbakar.
Tapi untungnya api berhasil dipadamkan, sebelum merembet ke tiga rumah
lainnya yang mengarah ke kamarku.
Aku merasa lega untuk hal ini.
Dan di saat yang sama, beberapa polisi dan juru berita mendatangi lokasi,
mereka ingin mencari informasi dan membantu para korban.
Sejauh yang saya dengar, tidak ada satupun korban jiwa dalam peristiwa
ini. Yang ada hanya kerugian mencapai puluhan juta.
**
"so, kenapa kau ingin mengenalku?"
"karna aku tau, kau tidak ingin mengenalku."
"hm, jawaban yang bagus. Kau tau, sebenarnya kau pria yang menarik,
tapi sayangnya aku tidak tertarik padamu"
"kenapa?"
"karna aku tidak percaya laki-laki manapun lagi?"
Sambil menyeruput kopinya kembali Ranti menatap kearahku datar.
"memangnya kenapa dengan laki-laki? Apakah kau pernah
disakiti?" kubalas pandangannya dengan penuh tanya
"ya"
"lalu, kau diapakan? Apakah bajingan itu menghamilimu?"
"ah, tidak. yang benar saja! Saya ini gadis baik yang belum pernah
melakukan seks dengan siapapun?"
"lalu, apakah pria yang sangat kau cintai meninggal dunia?"
"tidak, dia masih menghirup udara di bumi dengan bebas. Pria yang
kucintai, dia hanya membohongi dan meninggalkanku saja.
Tapi, bisakah kau berhenti bertanya? Jika tidak aku lebih baik pergi
sekarang?"
“Baiklah. Katakan padaku satu nama. Siapakah pria yang telah membuat hatimu tak mau lagi mengenal pria lain ?”
dalam hening di jam 10 malam, akhirnya aku punya kesempatan lebih banyak lagi untuk bersama dengan wanita Misterius itu. Aku dan Ranti akhirnya janjian untuk menghabiskan waktu di Kafe Tua yang penuh Ornamen tradisional, di ujung jalan Juanda ini. bahkan setiap ukiran kayu dan meja kafe, mulai tercium bau lapuk. Tapi lampunya yang temaram, membuatku menyukai tempat ini.
Ranti tersenyum. Jari-jarinya yang cantik menggenggam imut di atas kedua Pahanya.
“Nama pria itu. Kau tau, Kau mengenalnya. Aku yang membakar rumahnya Seminggu yang lalu”
“OKTA” dengan sedikit kaget. Aku menatap mata ranti yang tiba-tiba
terlihat membulat.
Ranti Mengangguk, dan aku Tak tau lagi harus APA?? (*)
Ranti Mengangguk, dan aku Tak tau lagi harus APA?? (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar