Entri Populer

Selasa, 15 Desember 2020

MAMA

 Mamaku itu… Sejak aku menikah hingga usia pernikahanku 9bulan, dia bukan lagi menjadi ibu panutanku.

Sebuah masalah yang ditimbulkan adik-adiknya, membuatnya menanggung beban yang gak seharusnya dia tanggung.

Suamiku bilang, mama itu ingin terlihat hebat (sok hebat) dan menjadi pahlawan untuk adik-adiknya. 

seolah semua masalah bisa diselesaikan atas kehendaknya sendiri.

Itulah mama, kuanggap sebagai wanita yang mudah dibodohi.

Aku tak membencinya, meskipun sudah berubah menjadi Buruk. Karna biar bagaimana, aku terlahir darinya.

Dan karna tindak tanduknya, aku tumbuh sedikit bijak.

Sejak aku hamil, perkataan dan Doa yang dilontarkan mama, kebanyakan memberiku peringatan dan nasehat yang mengarahkanku pada hal-hal yang negative.

Misalnya, “jika kamu malas, nanti sulit melahirkan”, “jika kamu lasak, nanti calon bayimu cacat”, “jika dokumen-dokumen yang diperlukan tidak segera diurus, nanti akan menyulitkan jika butuh BPJS, untuk proses persalinanku”.

Sampai hal-hal paling sepele, seperti memakai baju yang pas untuk wanita hamil, semua itu tetap dikatakan padaku dalam hal yang negative.

Aku tak ingin terjadi hal buruk apapun padaku, apalagi calon keturunanku. Tapi jika mama terus mencerca dengan kata-kata dan doa seperti itu malah aku jadi kepikiran.

Tak bisakah mama mengubah tata bahasa sesuai kondisi, agar tak terlalu menusuk di hati.

“tidak ada ibu yang ingin mencelakai anaknya, yang ada hanya anak durhaka yang suka membantah” Ho ho

Jika mama atau yang disebut ibu itu  terus saja menyakiti perasaanku. Bolehkah kubantah dia sesekali ketika kurasa keadaan tak cocok dengan kata-katanya.

‘oh tidak boleh ya, itu kan durhaka namanya’

Seandainya memang aku Durhaka, timbul rasa cemas dihati ketika akan melahirkan anakku kelak, aku takut akan kesulitan, karna didera karma.

Huuuffft…..

Seseorang tolonglah aku, bantu aku melegakan pikiranku.

by me



Tidak ada komentar:

Posting Komentar