Aku tidak merindukan wajah laki-laki itu, sedikitpun tidak.
Melihat foto terakhirnya aku malah kehilangan selera.
Rambut kribo semrawut, brewok beserak diwajah, melengkapi porsi mukamu kian makin tua.
Laki-laki itu tidak pernah sesuai dengan selera visualku.
Melihatnya saja butuh waktu lama untuk mencerna, Mataku tidak tertarik akan keindahan kosong auramu.
Jika aku merindukan laki-laki itu, aku tinggal mematahkannya dengan mengalihkan pikiranku pada 2hal.
Yang pertama, di depannya aku merasa jika aku adalah cewek yang jelek.
Berkulit kudisan, yang akan membuatku malu berada ditengah keluarganya.
Rasa malu itu akan mempersulitku untuk dapat menyesuaikan diri ditengah keluarganya.
Lagipula jari-jariku terlalu buruk, untuk menerima cincin yang mungkin saja akan disematkan dijariku.
Dan yang Kedua, aku tidak akan pernah menjalani salah satu proses pernikahan dengannya. Khususnya prosesi Lamaran.
Karna mainset ku selama menjalin hubungan denganmu adalah aku tidak cukup berharga untuk menerima uangmu.
Melalui penalaranku yang dangkal ini, aku selalu merasa ‘tidak layak’ untuk menerima lamaran dari laki-laki yang mencintaiku.
Dari perlakuannya selama menjalin hubungan, semakin memperjelas, jika uang adalah segalanya, aku hanyalah nomor kesekian dibanding harta yang dikumpulkan. Mana mungkin dengan tidak tau diri aku meminta uang yang banyak itu.
Meskipun ibuku selalu bilang, wanita sudah selayaknya dihargai dengan mahal, tapi rasanya aku tidak memenuhi syarat sebagai wanita yang bisa digolongkan dalam kelas yang mahal.
“Semakin tinggi harga, maka akan semakin tinggi tuntutan. Semakin rendah harga, maka tidak ada yang boleh menuntut”.
Akulah yang akan menjalani kehidupan rumah tanggaku kelak.
Jika ibuku sedari awal, menuntut yang setinggi itu, apakah dia tidak memikirkan bagaimana derita dan perasaanku nanti ketika harus berdiri di bawah kaki laki-laki, yang menuntut ini itu agar aku sesuai dengan dirinya.
Ah… sudahlah !
memikirkan ini saja bisa membuat hatiku kian tersayat.
Satu satunya cara yang terpikirkan olehku adalah DIAM, mulai sekarang.
Aku hanya harus Nrimo dengan keadaanku sekarang.
Sendirian, kesepian di tengah kondisi mentalku yang kian lemah.
Usia hanya soal pertambahan angka, tapi kedewasaanku mungkin hanya akan meningkat 2o% saja sesuai pertambahan usia.
Aku harus menunggu sampai usiaku sekitar 30tahun, itupun jika aku panjang umur.
Hanya berhenti menjalin hubungan dengan siapapun.
Meskipun nanti aku akan Tua, dan kesulitan punya anak.
Lalu, tinggal lihat saja.
Siapakah diantara aku atau keluargaku yang akan menyerah dengan keadaan.
Mungkin, satu-satunya keyakinan dalam diriku, yang tidak akan bisa kuubah Adalah, selama nasibku menjalani hidup sebagai wanita, aku tidak akan layak menerima Mahar yang tinggi.
Karna tidak satupun orang yang bisa menakar nilaiku, apalagi menominalkan berapa hargaku.
Aku pasti akan kecewa jika dihargai dengan rendah.
Malah aku merasa hidup, jiwa dan perasaanku akan jauh lebih berharga jika aku tidak memiliki siapapun disampingku.
Hidupku ini akan kian indah jika aku bisa berbicara berdua saja dengan keheningan.
Aku memandang diriku sendiri dengan NILAI YANG TAK TERHINGGA.
Dan takkan kubiarkan siapapun di dunia ini menukar nilai itu dengan keegoisannya untuk membeli Tubuh dan Jiwaku.
Nb : Catatan ini Ditulis dalam keadaan pikiran kacau |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar