Entri Populer

Minggu, 15 April 2018

Story Of a Friend


Aku sedang menuju ke Ruang Pertunjukan, Di satu bagian kampus yang paling sepi karna malam ini tidak ada kegiatan apapun di sana.
Berbeda dengan minggu kemarin, sekitar jam 8 malam. Ruang Pertunjukan itu dipenuhi para Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Karna sedang ada pertunjukan Dari Pianis Terkenal di Kota Kami. Medan, Sumatera Utara.

Pak Rust Efendi, dan pertunjukan Musik Klasik dan Pop dari anak-anak Didik Pak efendi  yang juga Kuliah di Kampus Kami.

Kemarin, aku baru saja bertengkar dengan Hioni Moriza, Kekasihku yang berkewarganegaraan jepang.

Lagi, dan lagi, Perbedaan Budaya menjadi penyebab pertengkaran aku sama Hioni. Tak seperti saat pertama kali kami saling Jatuh Cinta. Sesimpel aku sayang kamu, Kami bisa Jadian. Sekarang, setelah setengah tahun bersama semuanya terasa lebih sulit. Cinta mulai menuntut ini dan menginginkan itu.
Hioni ingin aku ke Jepang, tapi saat ini Kuliahku belum selesai, Keseriusan Hubungan kami mulai melemah. Tak sekuat dulu.

'Huft. Kusandarkan tubuhku di salah satu bangku busa yang  dekat dengan Pintu Ruang Pertunjukan. Besok adalah Ujian pertamaku sebagai Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Khususnya Piano. Apakah Not Karya Ciptaanku bisa mendapat Nilai tinggi sesuai dengan keinginan Dosen pembimbingku?'
Kutatap lampu redup itu penuh tanya.

Didepan panggung yang minim cahaya itu, tiba-tiba saja terdengar suara dentingan Piano.
Aku yang sedang duduk bersandar, sontak saja berdiri dan memastikan apakah pendengaranku ini tidak salah.

Kupusatkan pandanganku ke sumber suara, hawa yang tiba-tiba dingin dan mendesir membuatku merinding. Aku tak begitu percaya hantu. Tapi malam ini, Siapa lagi yang memainkan Piano di kegelapan kalau bukan hantu.

Kulangkahkan kakiku yang penasaran ke depan panggung, dan ternyata seorang pria dengan baju kemeja lengkap dengan Dasinya sedang duduk di depan Piano.
 Tunggu, aku kenal Pria ini. Pak Rust Efendi.

"Pak, Kenapa anda main piano disini?" kucoba menghilangkan rasa penasaranku dengan bertanya.

"Saya sedang berlatih Memainkan nada Heaven, tanpa melihat Tuts Piano yang ada" pak efendi menjawab pertanyaanku sambil menoleh padaku di akhir perkatannya.
Sebias Cahaya kecil Menyinari Tatapan mata Pak Efendi begitu pandangannya mengarah padaku.
Itu Tatapan yang sangat Kharismatik.

"Anda sendiri sedang apa duduk di belakang panggung itu sendirian?" Pak Efendi kini balik bertanya, ternyata dia sudah ada di ruangan ini sebelum aku masuk.

"Tidak ada pak, saya hanya ingin menenangkan fikiran. Karna Besok ujian Not Ciptaan pertama saya"

Kami saling tersenyum.
Sampai akhirnya pak efendi menanyakan namaku, dan memintaku berlatih memainkan piano bersama. Secara Pribadi ini sebuah kehormatan bagiku.

Waktu berjalan, tak terasa 3 jam sudah aku berlatih dengan pak efendi.
Jari-jarinya seperti menari indah diatas tuts demi tuts piano itu.
"Habat sekali, anda memang dilahirkan untuk menjadi komposer pak" aku memujinya dalam hati.

Sekedar informasi, menurut desas desus para mahasiswa yang mengenal pak efendi.
Pak efendi adalah seorang Gay. Karna di usia 48tahun, dengan karisma dan materi yang memadai pak efendi sama sekali belum menikah.

Saya tidak anti sama Gay.  Hanya saja kadang tidak habis pikir  bagaimana laki-laki bisa mencintai seorang laki-laki. Dan bagaimana pisang bisa suka pisang. :P

But, more than this. Diriku welcome dengan siapapun laki-laki yang ingin berteman. Terlepas dia gay atau banci. Tidak ada yang harus saya khawatirkan dalam diri ini ada yang direnggut. Saya  bukan wanita yang punya keprawanan yang harus dijaga. Haha

Meskipun sampai usia 25. dengan predikat 4kali pacaran. Diri ini masih perjaka.
Well, perjaka dalam arti yang sebenarnya -tidak pernah berhubungan seks dengan wanita-
Jangan bilang saya Kolot.
Saya tak suka menyakiti wanita. Khususnya wanita yang saya sayangi.
Kalau lagi horni, diriku lebih suka onani.
Wk wk wk :D-

Dalam 3 jam sesi berlatih piano bersama pak efendi, aku sama  sekali tidak merasa takut.
Malahan senang karna bisa belajar langsung dari masternya. 'Jadi semangat  untuk lulus tes besok' pikirku.

"wah sudah saatnya saya pulang kayaknya" pak efendi berdiri dari kursinya yang tepat disamping kiri ku.
Kutatap matanya dan terasa desiran ketertarikan itu.
'plak' aku ditampar sama realita. Pak efendi beneran Gay.
Sambil menepuk pundakku pak efendi memberi semangat, "Kamu semangat, tes besok ya".
"iya pak, ini bapak mau kemana. Siapa tau bisa bareng? Saya juga mau balik"
WTFFFF.. Entah kenapa juga saya ngomong gitu. Pak efendi pun akhirnya pulang naik motor saya.

Disepanjang perjalanan saya banyak mendengar pak efendi bercerita.
Dia bicara jujur soal orientasi seksualnya. Dan seperti dugaan para mahasiswa, pak efendi memang benar-benar gay.
Dia pegang pinggang saya, dan ya, selanjutnya kamu bayangkan sajalah apa yang terjadi ketika saya diminta mampir kerumahnya.

Kami Bercinta. Semudah itu.
Cinta Satu Malam.

><
Singkat cerita, seminggu sudah berlalu. Saya beneran sudah lulus tes dan dapat gelar Master.
Bahagia rasanya dana dan waktu yang saya kerahkan selama ini tidak sia-sia.

Saya sangat berterima kasih pada pak efendi. Ini berkat bantuannya.
Bukan karna kami pernah bercinta.
Tapi karna pelajaran berharga.

"jika berani keluar dari Zona biasanya. Kita akan menjadi luar biasa dibanding dari orang lain".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar