Aku sedang menuju ke
Ruang Pertunjukan, Di satu bagian kampus yang paling sepi karna malam ini tidak
ada kegiatan apapun di sana.
Berbeda dengan minggu kemarin, sekitar jam 8 malam. Ruang Pertunjukan itu dipenuhi para Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Karna sedang ada pertunjukan Dari Pianis Terkenal di Kota Kami. Medan, Sumatera Utara.
Berbeda dengan minggu kemarin, sekitar jam 8 malam. Ruang Pertunjukan itu dipenuhi para Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Karna sedang ada pertunjukan Dari Pianis Terkenal di Kota Kami. Medan, Sumatera Utara.
Pak Rust Efendi, dan pertunjukan Musik Klasik dan Pop dari anak-anak Didik Pak efendi yang juga Kuliah di Kampus Kami.
Kemarin, aku baru
saja bertengkar dengan Hioni Moriza, Kekasihku yang berkewarganegaraan jepang.
Lagi, dan lagi,
Perbedaan Budaya menjadi penyebab pertengkaran aku sama Hioni. Tak seperti saat
pertama kali kami saling Jatuh Cinta. Sesimpel aku sayang kamu, Kami bisa
Jadian. Sekarang, setelah setengah tahun bersama semuanya terasa lebih sulit.
Cinta mulai menuntut ini dan menginginkan itu.
Hioni ingin aku ke
Jepang, tapi saat ini Kuliahku belum selesai, Keseriusan Hubungan kami mulai
melemah. Tak sekuat dulu.
'Huft. Kusandarkan
tubuhku di salah satu bangku busa yang
dekat dengan Pintu Ruang Pertunjukan. Besok adalah Ujian pertamaku
sebagai Mahasiswa Jurusan Seni Musik, Khususnya Piano. Apakah Not Karya
Ciptaanku bisa mendapat Nilai tinggi sesuai dengan keinginan Dosen
pembimbingku?'
Kutatap lampu redup
itu penuh tanya.
Didepan panggung
yang minim cahaya itu, tiba-tiba saja terdengar suara dentingan Piano.
Aku yang sedang duduk bersandar, sontak saja berdiri dan memastikan apakah pendengaranku ini tidak salah.
Aku yang sedang duduk bersandar, sontak saja berdiri dan memastikan apakah pendengaranku ini tidak salah.
Kupusatkan pandanganku ke sumber suara, hawa yang tiba-tiba dingin dan mendesir membuatku merinding. Aku tak begitu percaya hantu. Tapi malam ini, Siapa lagi yang memainkan Piano di kegelapan kalau bukan hantu.
Kulangkahkan kakiku
yang penasaran ke depan panggung, dan ternyata seorang pria dengan baju kemeja
lengkap dengan Dasinya sedang duduk di depan Piano.
Tunggu, aku kenal Pria ini. Pak Rust Efendi.
"Pak, Kenapa
anda main piano disini?" kucoba menghilangkan rasa penasaranku dengan
bertanya.
"Saya sedang berlatih Memainkan nada Heaven, tanpa melihat Tuts Piano yang ada" pak efendi menjawab pertanyaanku sambil menoleh padaku di akhir perkatannya.
Sebias Cahaya kecil Menyinari Tatapan mata Pak Efendi begitu pandangannya mengarah padaku.
Itu Tatapan yang sangat Kharismatik.
"Saya sedang berlatih Memainkan nada Heaven, tanpa melihat Tuts Piano yang ada" pak efendi menjawab pertanyaanku sambil menoleh padaku di akhir perkatannya.
Sebias Cahaya kecil Menyinari Tatapan mata Pak Efendi begitu pandangannya mengarah padaku.
Itu Tatapan yang sangat Kharismatik.
"Anda sendiri
sedang apa duduk di belakang panggung itu sendirian?" Pak Efendi kini
balik bertanya, ternyata dia sudah ada di ruangan ini sebelum aku masuk.
"Tidak ada pak,
saya hanya ingin menenangkan fikiran. Karna Besok ujian Not Ciptaan pertama
saya"
Kami saling
tersenyum.
Sampai akhirnya pak efendi menanyakan namaku, dan memintaku berlatih memainkan piano bersama. Secara Pribadi ini sebuah kehormatan bagiku.
Sampai akhirnya pak efendi menanyakan namaku, dan memintaku berlatih memainkan piano bersama. Secara Pribadi ini sebuah kehormatan bagiku.
Waktu berjalan, tak
terasa 3 jam sudah aku berlatih dengan pak efendi.
Jari-jarinya seperti
menari indah diatas tuts demi tuts piano itu.
"Habat sekali,
anda memang dilahirkan untuk menjadi komposer pak" aku memujinya dalam
hati.
Sekedar informasi,
menurut desas desus para mahasiswa yang mengenal pak efendi.
Pak efendi adalah
seorang Gay. Karna di usia 48tahun, dengan karisma dan materi yang memadai pak
efendi sama sekali belum menikah.
Saya tidak anti sama
Gay. Hanya saja kadang tidak habis
pikir bagaimana laki-laki bisa mencintai
seorang laki-laki. Dan bagaimana pisang bisa suka pisang. :P
But, more than this.
Diriku welcome dengan siapapun laki-laki yang ingin berteman. Terlepas dia gay
atau banci. Tidak ada yang harus saya khawatirkan dalam diri ini ada yang
direnggut. Saya bukan wanita yang punya
keprawanan yang harus dijaga. Haha
Meskipun sampai usia
25. dengan predikat 4kali pacaran. Diri ini masih perjaka.
Well, perjaka dalam
arti yang sebenarnya -tidak pernah berhubungan seks dengan wanita-
Jangan bilang saya
Kolot.
Saya tak suka
menyakiti wanita. Khususnya wanita yang saya sayangi.
Kalau lagi horni,
diriku lebih suka onani.
Wk wk wk :D-
Dalam 3 jam sesi
berlatih piano bersama pak efendi, aku sama
sekali tidak merasa takut.
Malahan senang karna
bisa belajar langsung dari masternya. 'Jadi semangat untuk lulus tes besok' pikirku.
"wah sudah
saatnya saya pulang kayaknya" pak efendi berdiri dari kursinya yang tepat
disamping kiri ku.
Kutatap matanya dan
terasa desiran ketertarikan itu.
'plak' aku ditampar
sama realita. Pak efendi beneran Gay.
Sambil menepuk
pundakku pak efendi memberi semangat, "Kamu semangat, tes besok ya".
"iya pak, ini
bapak mau kemana. Siapa tau bisa bareng? Saya juga mau balik"
WTFFFF.. Entah
kenapa juga saya ngomong gitu. Pak efendi pun akhirnya pulang naik motor saya.
Disepanjang
perjalanan saya banyak mendengar pak efendi bercerita.
Dia bicara jujur
soal orientasi seksualnya. Dan seperti dugaan para mahasiswa, pak efendi memang
benar-benar gay.
Dia pegang pinggang
saya, dan ya, selanjutnya kamu bayangkan sajalah apa yang terjadi ketika saya
diminta mampir kerumahnya.
Kami Bercinta.
Semudah itu.
Cinta Satu Malam.
><
Singkat cerita,
seminggu sudah berlalu. Saya beneran sudah lulus tes dan dapat gelar Master.
Bahagia rasanya dana
dan waktu yang saya kerahkan selama ini tidak sia-sia.
Saya sangat
berterima kasih pada pak efendi. Ini berkat bantuannya.
Bukan karna kami
pernah bercinta.
Tapi karna pelajaran
berharga.
"jika berani
keluar dari Zona biasanya. Kita akan menjadi luar biasa dibanding dari orang
lain".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar