Tipe idealku sejak masa remaja itu adalah seorang cowok berkulit putih dan berbadan tinggi.
Well setidaknya harus lebih tinggi dariku
10cm.
Yang kalau bisa karakter wajahnya seperti orang amerika (ras kaukasoid)
Ras Kaukasoid |
Dan alhamdulillahnya, aku sudah menemukan seorang cowok dengan tipe fisik seperti itu. Meskipun tidak bermata biru, tapi kalau kena sinar matahari, matanya berwarna coklat muda.
Lebih Bersyukurnya lagi, laki-laki itu sekarang sudah menjadi suamiku.
Jauh sebelum aku bertemu dengannya, sebenarnya aku sudah
pesimis duluan.
Karna aku yang kulitnya penuh bekas luka ini, mana mungkin mendapatkan cowok
yang kulitnya putih seperti orang bule. Mana ada cowok yang mau, begitu
pikirku.
Tapi hari ini, dia sudah jadi suamiku. Tinggi badannya 1,75 cm, dan meskipun bukan putih cerah, tapi kulitnya kuning langsat dan bersih.
Bahkan ketika memutuskan ingin menikah, ada satu pembicaraan
antara aku dan papa. Soal apa yang kusukai dari calon suamiku ?
dan dengan PDnya aku bilang sama papa. “dia tipe cowok idealku secara fisik”.
Sebenarnya kalau bukan karna tingkah laku dan wataknya, dia
akan menjadi sosok sempurna di mataku. Tapi begitu sudah menikah dan melalui
setiap hari bersamanya, ada beberapa sifat dan karakter memuakkan yang kerap
dinampakkannya.
Hal itu terkadang, menutupi kesempurnaan fisiknya.
Jika aku sudah dibentak, wajah tampannya itu bahkan tak mau kulihat.
Karna masih dalam standart manusia, aku tau tak akan ada
yang sempurna.
Tapi beberapa kali aku bahkan sempat berfikir untuk konsultasi dengan psikolog.
Karna secara fisik sangat ‘tipe kesukaanku’. Tapi kenapa ada saat aku
berdekatan, bahkan bersentuhan dengannya, yang kurasakan bukan bahagia, tapi
malah hampa dan jijik.
Minimnya pengertian dan rasa peduli, membuatnya terlihat semakin jelek. Bukan fisiknya, tapi cacatnya perasaanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar