Entri Populer

Jumat, 09 Desember 2016

Dian & Cecilia (Chiklit Part 1)

Jika bermacam kegilaan, atau keidiotan bisa disebabkan oleh Cacat Otak, Penyakit, dan kerusakan Saraf. 

Maka Dian tidak memiliki masalah dengan itu.
 Dia gila disebabkan perasaannya sendiri. Pikirannya yang membuatnya Takut menyadari Kenyataan. Dan juga bathin nya yang kacau.
Beberapa jenis obat mungkin bisa meringankan dan menekan beban Dian, Tapi itu hanya bersifat sementara. 
Hanya Perhatian dan Kasih Sayang dari orang terdekat yang bisa membuatnya Perlahan Memulih.


“Jadi Dok, kenyataannya apakah Dian bisa sembuh ?” Kuajukan pertanyaan itu, sambil menerima kertas  Resep yang diberikan dokter.

“Tentu bisa, Tapi sepertinya, Jika Dian sembuh dan harus kembali pada ingatannya tentang kekecewaan yang begitu besar. Dian tidak akan menjadi Lebih Baik. Karna dalam hayalannya sekarang, dian sedang menikmati harinya bersama Aktor idolanya Limin Ho. Dan itu membuatnya lebih Bahagia dibanding kenyataan yang telah diterimanya” Ujar sang Dokter.

 Sungguh itu tadi adalah Nasehat tidak biasa yang bisa saya dengar dari seorang Dokter.

Kudatangi dian dan duduk disamping tempat tidurnya, sesekali dia bicara sendiri dan rona wajahnya memerah. Mungkin dia sedang Jatuh Cinta Dalam Hayalannya.

‘Dian, Ini aku Cecilia Irwin. Sahabat Kamu’ Kucoba mengajak dian bicara. Tapi dia hanya memandangku sejanak dan kembali melamun.  Kupegang tangannya yang hangat. Satu tanganku yang lain, merapikan rambutnya yang Kusut.

2 hari yang Lalu. Bu Winda, Mamanya Dian. Datang kerumah, Memintaku untuk menemani Dian di Rumah Sakit. Sedang ada pekerjaan di Luar Daerah yang tak bisa diCancel. Memang sudah 10 Tahun, Bu Winda menjadi Single Parents Karna ayah Dian Sudah Meninggal Dunia. Satu satunya saudara Kandung Dian, Bang Rino juga sudah berkeluarga dan tinggal di Luar Kota.
Alasan kenapa Bu winda menitipkan Dian padaku, aku juga tidak tau.

Dulu kami memang bersahabat. Tapi sejak dian menikah, Kami tak lagi sedekat dulu.
Hanya beberapa kenangan ketika kami Jalan bersama ke Surabaya, yang menghiasi ingatanku ketika melihat Dian.

“Kau pernah jatuh Cinta Cecilia?”
hm, pertanyaan klise untuk seorang sok tau yang nyatanya kucintai, kini.

“Tidak sebelum aku bertemu denganmu. Kenapa ? Sulit percaya ? Perlu Bukti? Hah”
Kutatap dua mata pete itu. Dan dia membalas tatapanku tak kurang dari 10 Detik. Dia tersenyum dan lalu menunduk pada  rumput yang tumbuh sama tinggi itu.

Darwis. Dia pria beruntung. Dia orang Pertama yang bisa membuatku Jatuh Cinta. Saat sebelumnya aku terlalu Fokus pada karir dan Pendidikanku. Kini hal utama itu mulai teralihkan sejak aku menjalin hubungan dengan darwis. Dia tulus dan Baik Hati. Hanya itu yang ku tau.
Hubungan kami masih berjalan seumur jagung. Darwis tidak pernah tau apa Hobiku, apa Kegemaran dan bahkan kekuranganku.
Tapi aku tau segala tentangnya.

*Bersambung..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar