Mulutnya kotor (luar biasa) dan berkarat. Sangat susah dibersihkan. Kalaupun disikat kuat, bekas karat itu tak akan hilang.
Itulah istilah yang bisa menggambarkan kata-kata yang keluar dari mulut suamiku.
Bertahun-tahun dibesarkan oleh kedua orang tua, yang bahkan bilang "pukimak" saja bisa dihitung jari.
Bisa-bisanya aku menikah dengan suami yang mulutnya selalu ngomong "binatang hina" dan "Alat kelamin" setiap saat.
Awalnya aku terkaget dan terheran heran, berhubung suami tidak pernah menempuh pendidikan dan dibesarkan di jalan.
Akupun mulai memaklumi dan terbisa "membiasakan" setiap kata-kata kotor itu.
Tapi tadi malam, aku yang mendengar kabar sedih, disuguhi kata-kata itu lagi.
Rasanya sudah jatuh terkena kaca, lukanya berkali-kali lipat.
Aku tak ingin menangis. tapi hatiku terluka, air mata ini keluar sendiri bersama sakit yang terasa.
Tapi aku tak mau seperti dulu.
Mendoakan hal yang buruk pada suamiku juga tak ada manfaatnya.
Karna jika dia kenapa-kenapa aku juga akan kenapa-kenapa.
Susahnya suamiku adalah susahnya aku.
Karna itu aku hanya diam. Dan berusaha sabar, ikhlas, ridho dalam hati.
Kalaupun mendoakan, hanya kudoakan yang baik-baik saja.
Karna kalau suamiku dapat kabar baik, kabar itu juga akan sampai padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar