1.
GERRY
Wanita itu berbaju hitam, berbadan kurus dan berambut panjang, poninya terurai
hampir menutupi separuh dari wajahnya. Kuku-kukunya terlihat panjang, terlukis
tinta berwarna merah dan hitam berselingan.
Dimataku wanita itu sungguh Misterius. Di negara luar mungkin
dia disebut Gothik. Tapi di sini, wanita itu disebut Aneh.
Aku sering melihatnya melintas di depan Toko bunga yang
merapat dekat jendela kamarku. Dari kejauhan, jendelaku memang tak begitu
terlihat, tertutup oleh daun bunga yang subur tak terawat. Tapi dari jendela
kamar ini aku bisa melihat siapapun yang melaluinya, dengan jelas.
Awalnya aku bersikap biasa pada wanita itu, dia selalu
menundukkan wajahnya jika berjalan. Tapi saat tanpa sengaja kuperhatikan
sepatunya yang kotor, di balik kakinya yang mungil, aku mulai mengagumi wanita
itu. Entah apa sebabnya?
'tiba-tiba aku ingin bersahabat dengannya'
**
Siang ini seperti biasa aku tertidur menunggu malam. Sekedar
membuang waktu, aku tidur lebih lama. Karna aku bekerja di sebuah gudang obat ilegal, mulai jam 1 dinihari sampai jam 6 pagi. Jika tidak tidur aku sering
termenung didepan jendela.
Kamarku sepi, hanya ada aku dan kotak-kotak impian yang sudah
lama kususun rapi dalam memori.
Aku tinggal jauh dari semua sanak saudaraku. Terlahir sebagai
anak bontot dari 10 bersaudara, membuatku tak punya tanggung jawab yang berarti pada
saudara-saudaraku. Mereka semua sudah berpisah berai mengurus biduk rumah
tangga masing-masing.
Ya,Sebenarnya aku tak ingin mengatakan memori duka ini.
Tapi kedua orang tuaku sudah meninggal
sejak aku masih balita.
Mengutip lirik lagu
iwan fals, aku seorang bocah yang 'Dibesarkan oleh rembulan'. Entah keajaiban
darimana aku masih bertahan hidup sampai hari ini. -Sampai usiaku 25tahun.
Aku memiliki nama asli Suyono, tapi aku tidak menyukai nama
kampung itu. Orang-orang biasa
memanggilku Gerry. Aku menggantinya
dengan nama kota, agar tidak ketara.
Masa laluku terpahat keras dijalanan. Aku pernah tinggal
bersama kakak dan abang-abangku, tapi kondisi ekonomi mereka yang serba
kecukupan, nyaris kekurangan, membuatku sungkan. Aku selalu curi-curi waktu
untuk mencari uang jajan sendiri. Sampai alur memaksaku untuk memilih jalan
ini. Aku memutuskan untuk merantau meninggalkan kota asalku. Berharap menjalani hidup yang lebih damai. Kehidupan yang tidak terbayangkan oleh
kebanyakan orang, tapi bagiku itulah kehidupan yang harusnya kupilih.
Takdir
yang seharusnya kujalani.
'Kau tau, kadang kita menemukan banyak hal terjadi seperti
yang kita harapkan. Tidak sama persis memang. dan hari ini aku menemukan hal
itu'.
Ketika jam 12 siang, rasa lapar mendera usus perutku. Aku
baru ingat sudah seharian ini tak ada sesuap nasipun yang kumakan. Aku meringis
menahan lapar diperut. Dan dengan sisa tenaga aku melangkah keluar mencari
warung terdekat.
Ketika hendak memasuki pintu rumah makan. Seorang wanita
menabrakku karna berjalan buru-buru. Wanita itu bertubuh gempal dan berwajah
bulat. Tabrakan tubuhnya yang cukup kuat itu membuatku terjatuh dan tiba-tiba
darah mengalir dari lubang hidungku.
'mimisan' Ada apa
ini? aku tidak pernah mimisan.
Aku tidak punya penyakit serius. Saat ini aku hanya sedang lapar.
Aku menundukkan kepala, memperhatikan darah yang mengalir
semakin banyak. Kututup hidungku dengan punggung tangan, namun itu sama sekali
tidak menghentikan pendarahan.
Dengan cuek wanita gendut yang menabrakku itu berlalu tanpa
menoleh, ataupun meminta maaf padaku. Dia sangat terburu-buru.
"hey,kamu kenapa?" terdengar Suara seorang wanita
tiba-tiba berdiri dihadapanku, dia memberiku sebuah tissu. Dan tanpa pikir
panjang kuambil tissu itu, menyeka darah yang sudah mulai berhenti.
"ya" sambil kubersihkan wajahku, akupun melihat
siapakah yang sudah memberiku tissu.
Ternyata seorang
wanita cantik, dia tampak panik. Tatapan matanya menunjukkan sosok
seorang kakak penuh kasih sayang yang sedang menaruh perhatian pada adiknya.
Untuk sesaat aku
tebengong menatapnya.
Mungkin inilah yang disebut bidadari turun dari surga. Wanita
itu cantik. Bahkan lebih dari itu- wajahnya indah sekalii.
"kamu tidak apa-apa kan, nih" Wanita itu membantuku
berdiri,memberikanku selembar tissue lagi dan meninggalkanku.
"te-terima…." Aku belum sempat mengatakan apapun.
Bahkan terimakasihpun belum, wanita yang baik itu sudah pergi karna tatapanku
yang diam dan dipenuhi rasa lapar.
Setelah kubersihkan wajahku, akhirnya kumasuki warung makan
itu. Mengenyangkan perutku dengan 2porsi nasi padang. Memang di saat sedang
lapar begini, nasi dengan lauk apapun akan terasa sebagai nasi paling enak di
dunia.
Dan aku bersyukur hari ini aku makan nasi paling enak
didunia, setelah sebelumnya bertemu bidadari dari surga.
Ha ha
..
Entah kenapa setelah kejadian aku kelaparan dan mimisan itu,
bahkan setelah lewat 1bulan lamanya. Aku tidak dapat melupakan Kejadian hari
itu, sapu tangan dan wanita itu.
Apakah ini cinta ?
Apakah ini cinta ?
Dan seperti biasa hari ini aku bekerja dan pulang ketika
mulai pagi. Kujalani hidupku tanpa banyak bicara. Dalam diam aku berjalan
sendiri.
Selalu.
Seiring ku berharap waktu akan mengobati rindu di hatiku pada
bidadari tanpa nama itu.
Mungkinkah? Baik kita tunggu saja!!
2.
CERIA
"Kau akan berbeda, terkadang kau seperti buangan, tapi kau tidak kesepian.
Kau memiliki kekuatanmu sendiri. Kau akan melihat kehidupanmu melalui matamu.
Seperti halnya kehidupanmu, akan terlihat ,melalui hidupku."Menangis. Dibalik arti namaku yang begitu indah -Namaku ceria- Hal itu tetap tidak menghentikan apapun dan juga air mataku. Terlalu banyak hal klise yang membuatku Patah Hati beberapa waktu ini.
Aku telah kehilangan orang yang paling berharga dihidupku -Wanda- dan cinta- dan segala kenangan tentangnya.
Saat pertama kalinya aku jatuh cinta, aku tak pernah menyangka cinta itu akan tertunduk takhluk dihadapan wanda.
Untuk wanda. Seseorang yang sama sekali tidak punya perasaan.
Dia hanya datang padaku di saat dia butuh bantuanku. Dia baik saat dia inginkan
sesuatu saja, dan parahnya dia tak pernah memberikan sesuatu apapun tanpa
mengharapkan balasan.
Hai, wanda. Kau cinta terindah sekaligus yang terkejam yang
pernah kukenal. Kenapa kau membangun jembatan kebencian di hatiku. Kenapa kau
buat aku menjalani hari sebagai wanita yang malang, setelah kita pernah
melewati jembatan tertinggi di Dunia bersama.
Aku sudah merasa kecewa atas sikap wanda yang meninggalkanku
begitu saja. Belum lama ini. Disaat semua pengorbanan yang pernah kulakukan
untuknya 'Atas nama cinta'.
Kini semuanya hanya menjadi omong kosong. Menjelma bersama
rasa yang basi.
Seiring kepergian wanda. Maka, matilah sandaranku untuk mencapai harapan. Dan mati pula pemahamanku tentang cinta.
Seiring kepergian wanda. Maka, matilah sandaranku untuk mencapai harapan. Dan mati pula pemahamanku tentang cinta.
Kini, aku masih disini. Berjalan dalam jembatan kebencian
itu. Bagiku cinta tak ada yang sejati, dan sahabat tak ada yang abadi.
Hanya impian bedebah ini yang membuatku berusaha Hidup dengan
baik. Aku tak ingin masuk keruang bunuh diri sendirian dan mengecewakan
kehidupan yang telah memberiku lebih banyak kesempatan di jalan lain.
Ya, baiklah. Berhenti bercerita banyak tentang wanda. Aku hanyalah wanita polos yang tak pernah memahami kajian tentang cinta.
Dan wanda hanyalah bagian kesialan hidupku, saat ketika cinta
bukan hanya membutakan mata, tapi sekaligus juga membuat pandangan mata
menembus dinding, seperti sinar X-Ray.
Memang butuh sedikit pengertian jika aku mempelajari cinta
sendiri, tapi mengalami kesialan di tengah pelajarannya. Mungkin itu Karna tak
ada bahasan tentang cinta dalam mata
pelajaran sekolahku dulu. Haha, Hanya pelajaran matematika dan logika yang
memusingkan kepala.
Kini, usiaku semakin dewasa. "Hampir 27tahun, untuk ukuran seorang wanita pekerja yang cantik. Aku sudah tidak ingin PDKT dengan pria manapun. Karna ada luka kecil dihatiku, luka yang sangat kecil tapi tidak pernah sembuh. Dan aku takut, jika luka itu akan kembali berdarah, jika kubuka hatiku kembali untuk mencintai seseorang.
Kini, usiaku semakin dewasa. "Hampir 27tahun, untuk ukuran seorang wanita pekerja yang cantik. Aku sudah tidak ingin PDKT dengan pria manapun. Karna ada luka kecil dihatiku, luka yang sangat kecil tapi tidak pernah sembuh. Dan aku takut, jika luka itu akan kembali berdarah, jika kubuka hatiku kembali untuk mencintai seseorang.
Dan mungkin ini jawaban yang akan kuberikan untuk pertanyaan
"kenapa, gadis cantik sepertimu belum menikah?" begitu kata
orang-orang.
Awalnya aku coba bersikap cuek. Karna ayah dan ibuku tidak pernah menuntut banyak, selain kebahagiaanku. Lagipula aku sudah hidup terpisah selama 3tahun dari mereka.
Awalnya aku coba bersikap cuek. Karna ayah dan ibuku tidak pernah menuntut banyak, selain kebahagiaanku. Lagipula aku sudah hidup terpisah selama 3tahun dari mereka.
Kegiatanku hanya bekerja di sebuah pabrik, dan mencari
kehidupan_ Untuk diriku sendiri. Tanpa
ada pikiran semacam 'aku akan menikah suatu hari' begitu.
Mungkin aku bukan wanita normal yang akan jatuh cinta suatu hari. Karna buatku kini, cinta hanyalah omong kosong atau Hanya bunga tidur.
Mungkin aku bukan wanita normal yang akan jatuh cinta suatu hari. Karna buatku kini, cinta hanyalah omong kosong atau Hanya bunga tidur.
Apapun yang terjadi aku tetap tak yakin pada cinta untuk
seseorang dihidupku.
Terkadang energi itu muncul begitu nyata. Tentang mimpi-mimpi lamaku yang tak pernah terlupa.
Ketika cita-cita bertintah merah menggores buku tulisku, bertuliskan 'aku ingin menjadi dokter'. Hah gila !
Energi itu amat positif, ketika aku ingin menjadi seorang dokter. Di masa kecil. Cita-cita lama yang sangat menyenangkan bila aku bisa menggapainya. Tapi terdengar mustahil karna usiaku sudah jauh tertinggal, Untuk kuliah kedokteran. Ditambah biaya kuliah yang tidak terjangkau.
Setiap pagi__aku berharap energi gila itu hilang. Lenyap. Dan takkan datang lagi untuk mengganggu hidupku lagi. Walau hanya melalui mimpi.
Terkadang energi itu muncul begitu nyata. Tentang mimpi-mimpi lamaku yang tak pernah terlupa.
Ketika cita-cita bertintah merah menggores buku tulisku, bertuliskan 'aku ingin menjadi dokter'. Hah gila !
Energi itu amat positif, ketika aku ingin menjadi seorang dokter. Di masa kecil. Cita-cita lama yang sangat menyenangkan bila aku bisa menggapainya. Tapi terdengar mustahil karna usiaku sudah jauh tertinggal, Untuk kuliah kedokteran. Ditambah biaya kuliah yang tidak terjangkau.
Setiap pagi__aku berharap energi gila itu hilang. Lenyap. Dan takkan datang lagi untuk mengganggu hidupku lagi. Walau hanya melalui mimpi.
3.
BERTEMAN
Malam ini aku memimpikan wanita gotik itu, dia
tersenyum dihadapanku, matanya menatap tajam dengan lensa ungu yang manis.
'Hey, Ada apa ini?'
Ketika siang tiba. Tanpa kusangka, gadis aneh bersepatu kotor
itu kembali lewat di depan jendelaku.
Aku ingin melihat matanya yang ungu, apakah seperti di
mimpiku?
Nyatakah dirinya ?
Nyatakah dirinya ?
Oke, Tak akan kulewatkan kesempatan ini. Aku mengejarnya setengah
berlari.
"hey kamu"
Aku memanggilnya, dan langsung berdiri di depannya ketika
langkahnya melambat.
Wanita aneh itu, masih menunduk, dia hanya melihat sepatuku.
Rambut hitamnnya tetap menutupi wajah.
"hmm, perkenalkan saya gerry" sambil menjulurkan
tangan "maaf saya lancang, tapi bolehkah saya tau nama kamu?"
"aku Ceria" perlahan wanita itu mengangkat
wajahnya. Dia menatapku. Tapi tangannya tidak menyambut tanganku.
"tidak mau salaman?"
Wanita itu menggeleng.
Untuk pertama kalinya aku menatap wajah wanita ini, tapi aku tidak melihat warna ungu di matanya.
Hanya warna hitam kecoklatan. Dan itu sama indahnya seperti yang ada di
mimpiku.
"sekali lagi, maaf jika saya lancang, apakah kita bisa
berteman?"
"ya, boleh saja" masih dengan wajah tanpa ekspresi,
wanita itu menjawab pelan
"baiklah, itu saja!"
"ya" Wanita itu pergi tanpa aku sempat meminta
nomor telfon atau alamatnya.
Haha, bagaimana bisa berteman jika satu-satunya informasi
yang kutau hanyalah nama wanita itu adalah ceria.
'yasudahlah, mungkin besok dia lewat sini lagi' pikirku.
4.
BINGUNG
'Gerry?' Haha
Wanita itu tersenyum kecut, dalam hatinya dia masih bingung. 'Kenapa dia ingin menjadi temanku?'
Wanita itu tersenyum kecut, dalam hatinya dia masih bingung. 'Kenapa dia ingin menjadi temanku?'
'Apa aku terlihat cocok dijadikan teman?'
Sudahlahh
5.
HILANG
Seminggu sudah sejak terakhir ceria lewat di depan jendelaku.
Tapi sejak itu aku tidak melihatnya lagi.
Sebenarnya siapa wanita itu?
Kenapa dandannya yang gothik membuatku ingin mengenalnya?
Sebegitu misterius kah dia
Entah kenapa Benakku selalu mengatakan, jika ceria adalah
wanita yang berbeda. Yang harus kukenali. Sepertinya dia butuh bantuanku. Tapi
entah-apa-itu!
..
Jumat pagi ini aku dikagetkan oleh kepulan asap dari luar
rumah, ketika aku keluar ingin membeli
kopi dan gula. Tak jauh dari kedai sampah, muncul Asap pekat yang
seketika membuat nafasku sesak. Selain itu gumpalan putih yang semakin membubul
membuat mataku perih.
Aku menutup wajahku reflek, dan samar- ramai terdengar suara
"rumah okta,
kebakaran..telfon pemadam.."tolong api,, larii.. "itu bawa keluar
keretanya.. Keluar dari pintu sini..knop..cari kunci''Cari sumber air,,
merembet,, tolong.."
Suara itu bersahutan ramai. Dan beberarapa suara wanita
berteriak mericuhkan cuaca pagi yang berhawa sedikit panas. Akupun sedikit
gelagapan, karna takut apinya merembet kerumah-rumah yang lain. Termasuk rumah
tempat ku tinggal.
Sambil melongok keluar pintu, pak jajak si penjaga kedai
sampah, Seketika ikutan kaget. Ternyata kebakaran itu baru saja terjadi.
Mungkin beberapa menit sebelum kedatanganku.
Aku coba menghindari asap yang perlahan tertiup ke langit.
Dengan pandangan buram, kulihat rumahnya okta terbakar
setengah bagian. Api yang besar itu, menyala merah. Aku seperti menonton sebuah
film action yang ada adegan sehabis pengeboman rumah. Dan orang-orang berlarian
kemana-mana.
Tapi, itu api yang
nyata.
Hatiku bergetar, entah karna takut atau karna bingung.
'mungkin inilah yang terjadi jika Tuhan sudah berkehendak, harta sebanyak apapun bisa
lenyap dalam hitungan detik' batinku.
Semua warga berlarian membawa air, dan tak mau berdiam diri,
aku ikut mencari sumber air. Mengangkatnya walau seember kecil. Berharap sang
jago merah mau bermurah hati untuk meredakan kobarannya.
Tapi api semakin
menjalar, suasana semakin diperparah dengan
banyaknya orang yang datang, hanya untuk menonton kebakaran itu.
Bukannya membantu memadamkan api.
Mungkin karna lokasinya yang sulit, pemadam kebakaran datang lama sekali. Sudah setengah
jam, mobil pemadam itu baru datang.
Sebuah lataran rumah yang mengapit rumah okta, sudah ikut
terbakar.
Tapi untungnya api berhasil dipadamkan, sebelum merembet ke
tiga rumah lainnya yang mengarah ke kamarku.
Aku merasa lega untuk hal ini.
Dan di saat yang sama, beberapa polisi dan juru berita
mendatangi lokasi, mereka ingin mencari informasi dan membantu para korban.
Sejauh yang saya dengar, tidak ada satupun korban jiwa dalam
peristiwa ini. Yang ada hanya kerugian mencapai puluhan juta.
6.
BICARA
"so, kenapa kau ingin mengenalku?"
"Mungkin itu karna kau tidak ingin mengenalku."
"hm, jawaban yang bagus. Kau tau, sebenarnya kau pria
yang menarik, tapi sayangnya aku tidak tertarik padamu"
"kenapa?"
"karna aku tidak percaya laki-laki lagi?"
Sambil menyeruput kopinya kembali ceria menatap kearahku
datar.
"memangnya kenapa dengan laki-laki? Apakah kau pernah
disakiti?" kubalas pandangannya dengan penuh tanya
"ya"
"lalu, kau diapakan? Apakah bajingan itu menghamilimu?"
"ah, tidak. yang benar saja! Saya ini gadis baik yang
belum pernah melakukan seks dengan siapapun?"
"lalu, apakah pria yang sangat kau cintai meninggal
dunia?"
"tidak, dia masih menghirup udara di bumi dengan bebas.
Pria yang kucintai, dia hanya membohongi dan meninggalkanku saja.
Tapi, bisakah kau berhenti bertanya? Jika tidak aku lebih
baik pergi sekarang?"
------Cerita Belum Selesai. Karna ini kusebut ini My Project Note----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar